Bulls Alami Kekalahan Keenam Secara Beruntun. Chicago Bulls kembali tersandung di NBA musim 2025-2026, dengan kekalahan keenam beruntun yang bikin skuad ini makin terpuruk. Pada Jumat malam, 5 Desember, mereka kalah 120-105 dari Indiana Pacers di United Center, di depan fans yang mulai kehilangan harapan. Start cerah dengan lima kemenangan awal kini jadi bayang masa lalu—Bulls kini rekor 9-15, duduk di posisi 12 Konferensi Timur, tertinggal delapan pertandingan dari play-in. Pelatih Billy Donovan akui frustrasi, sebut tim “tak cukup bagus untuk menang” meski usaha keras. Kekalahan ini datang di tengah tumpukan cedera: Coby White (betis), Jalen Smith (hamstring), Isaac Okoro (punggung), Tre Jones (pergelangan kaki), dan Kevin Huerter (selangkangan) absen, plus Zach Collins baru debut. Bagi Bulls, yang haus playoff sejak 2022, skid ini jadi alarm merah jelang In-Season Tournament. MAKNA LAGU
Jalannya Pertandingan yang Menyakitkan: Bulls Alami Kekalahan Keenam Secara Beruntun
Pacers kuasai laga sejak awal, unggul 32-25 di kuarter pertama lewat serangan lincah Tyrese Haliburton yang catat 18 poin dan 10 assist. Bulls coba bangkit di babak kedua: Josh Giddey triple-double lagi dengan 15 poin, 12 rebound, dan 11 assist, tapi tak cukup. Nikola Vučević tambah 20 poin dan 8 rebound, tapi pertahanan runtuh—Pacers cetak 60 poin di paint lawan 42 Bulls. Kuarter ketiga jadi titik balik: Indiana run 15-4, angkat skor 85-70, di mana Matas Buzelis rookie coba kontribusi dengan 12 poin tapi turnover tinggi. Ayo Dosunmu frustrasi dapat technical foul di kuarter keempat, sementara Pacers tutup dengan run 8-2. Skor akhir 120-105 tunjukkan Bulls kalah rebound 48-40 dan tembakan 48 persen lawan 42 persen. Ini kekalahan rumah keenam dari delapan laga terakhir, dengan Bulls catat season-low 44 poin di babak pertama.
Cedera yang Melumpuhkan Skuad: Bulls Alami Kekalahan Keenam Secara Beruntun
Kekalahan keenam ini tak lepas dari wabah cedera Bulls. Coby White, scorer utama dengan 20 poin rata-rata, absen sejak akhir November gara-gara betis kiri—ia baru kembali latihan ringan. Jalen Smith (hamstring) dan Tre Jones (pergelangan kaki) tinggalkan lubang di frontcourt dan backcourt, sementara Okoro dan Huerter butuh minimal seminggu lagi. Zach Collins debut musim ini lawan Nets, tapi masih adaptasi pasca-operasi pergelangan tangan. Donovan sebut: “Kami punya tumpukan cedera, tapi liga penuh begitu—kami harus adaptasi.” Rookie Matas Buzelis dan Julian Phillips dipaksa main lebih banyak, dengan Buzelis catat 12 poin tapi minus-15 plus/minus. Tanpa kedalaman, Bulls bergantung Giddey dan Vučević, yang capek di akhir—turnover 15 lawan 10 Pacers. Ini mirip pola musim lalu: start bagus, tapi cedera hancurkan momentum.
Reaksi Donovan dan Pemain
Billy Donovan tunjukkan emosi khasnya: expletive-laced plea untuk timeout di kuarter kedua, tapi pasca-laga ia tenang. “Mereka usaha keras, tapi tak cukup untuk menang—itu yang kami lakukan di sini,” katanya, soroti rebound kedua dan ketiga yang bunuh tim. Giddey, yang triple-double kelima musim ini, bilang: “Kami kehilangan fokus di akhir, tapi kami tak menyerah.” Dosunmu frustrasi: “Kami dominasi paint tapi lepas di arc—mereka cetak 14 three di babak kedua.” Donovan tolak bicara rumor trade, termasuk minat pada Giannis Antetokounmpo yang ditolak Bucks, sebut fokus “build-out saat ini.” Arturas Karnisovas, eksekutif, bicara harian dengan Donovan, tapi tak ada diskusi besar—mereka terbuka peluang bintang, tapi tak dengar dari Mavericks soal Luka Doncic musim lalu. Fans mulai tekan: “Embrace the tank?” jadi tagar panas.
Kesimpulan
Kekalahan keenam beruntun Bulls lawan Pacers jadi pukulan telak bagi skuad yang start 5-0 tapi kini 4-12 sejak itu. Dari cedera melumpuhkan hingga rebound lemah, ini cermin masalah kronis yang hantam Chicago musim demi musim. Donovan dan pemain usaha, tapi tanpa kedalaman, skid ini bisa panjang—mungkin waktu embrace tank untuk lottery odds. Tapi Donovan tegas: fokus adaptasi, bukan menyerah. Di Timur ketat, Bulls harus bangkit cepat jelang Knicks Minggu ini, atau posisi play-in pudar. Bagi fans Windy City, yang haus sukses sejak 2015, ini ujian kesabaran—tapi sejarah bilang, low point sering jadi batu loncatan. Musim masih panjang; harapannya, cedera pulih dan momentum kembali sebelum terlambat.